MY BREAST FRIEND
Ya, suamiku adalah Breast Friend sejatiku. Sahabat terbaikku. Saat vonis dijatuhkan oleh dokter bahwa aku terkena kanker payudara stadium 2B dengan HER2+, itulah pintu awal mimpi buruk yang rasanya tak ingin kuhadapi. Bersyukur, ada suamiku disampingku, yang memberi kekuatan luar biasa bagiku untuk “berperang” melawan kanker payudara.
Hari itu kami baru saja pulang dari dokter dan mendapat kepastian kanker payudara. Tak sepatah pun kata terucap. Aku dan suamiku hanya terdiam sepanjang perjalanan. Kupegang tangan suamiku erat sambil pikiranku menjalar keman-mana. Sampai di rumah dia peluk aku, dia bilang kami harus hadapi dan aku harus segera berobat.
Segera setelah itu aku menjalani diagnosis lengkap diikuti serangkaian terapi dari operasi, kemoterapi, radiasi. Selama itu, suamikulah yang menemaniku tanpa lelah. Dia bukan dokter, bukan pula mantri kesehatan, tapi dia sangat terampil merawat luka dan mengganti perbanku. Saat aku bilang rambutku rontok suamiku cuma senyum dan bilang bahwa itu berarti obatnya asli. Dia pun lalu membantu menggunduli rambutku supaya rapi. Aku tak tahu bagaimana perasaannya menggunduli istri sendiri. Dia bilang….lucu juga ya kamu… Kamu nggak beda, kamu tetap yang saya kenal dulu.
Aku sangat beruntung karena di keluargaku pembicaraan tentang kanker dibahas secara terbuka, sehingga aku tidak merasakannya sebagai sesuatu yang terlalu berat. Suamiku yang berprofesi sebagai desainer grafis dan fotografer juga rajin membaca berbagai buku tentang kanker dan mengumpulkan informasi sehingga bisa mengerti saat menemaniku berkonsultasi.
Dokter yang merawatku aku anggap sebagai komandan perang, aku selalu tanyakan apa strateginya melawan kanker payudaraku. Karena aku tahu waktu dokter sangat terbatas, aku dibantu suami selalu membawa catatan pertanyaan yang ingin diajukan saat berkonsultasi. Itu sebabnya begitu aku masuk ruang praktek dokterku selalu bertanya ….yak pertanyaan pertama, silakan… Di akhir konsultasi aku selalu tanya rencana dokter apa. Suamiku juga selalu bilang kami percaya dokter, kami tanya setiap kemungkinannya, hal-hal terburuk apa yang bisa terjadi, apa konsekuensi sebuah tindakan medis dll. sehingga kami tahu apa yang harus kami persiapkan.
Kami berdua mendukung kampanye Breast Friend sebagai wujud terima kasih dan syukur kami. Inilah yang kami bisa lakukan untuk membalas kebaikan orang-orang yang membantuku selama sakit. Kami ingin berbagi semangat dan menguatkan orang lain juga. Jangan lupa untuk selalu pasrah pada Tuhan, tapi juga berusaha maksimal.