MY STORY...... (.PADA MULANYA.....!!!)
TULISAN INI DIBUAT SAAT SAYA MASIH PENGOBATAN....:
Waktu itu hari mulai berangkat malam, saya mulai dapat meluruskan badan setelah seharian bekerja. Apalagi saat itu sedang sibuk mempersiapkan PIN putaran I tahun 2002 pada bulan September.
Saya tiduran sambil menonton televisi . Saya merasa ada yang engga beres dengan ketiak saya, seperti gatal atau perih. Mungkin karena secara rutin saya suka menghilangkan bulu ketiak. Saat saya meraba ketiak, terasa ada benjolan sebesar biji kacang, lebih dari satu. Saya tersentak, kemudian saya mencoba menyusur ke payudara kiri. Di bagian luar atas teraba benjolan lunak, bergerak , berukuran sekitar 2 cm.
“Wah...apa ini?, mungkin lipoma atau fibroadenoma ya...” begitu dalam pikiran saya. Kemudian saya berbicara kepada suami bahwa ada benjolan di payudara. Suami saya terkejut dan berkata : “ayo kita ke RS, jangan ditunda-tunda.....”
Saya segera menelepon sejawat radiologi menanyakan kemungkinan mamografi, kemudian menanyakan kawan baik saya yang aktif di yayasan kanker indonesia.
“ Mungkin fibroadenoma, tapi tetep harus diperiksa......”
Saya putuskan akan memeriksakan setelah PIN putaran I selesai.
Seminggu kemudian suami saya mengingatkan untuk melakukan pemeriksaan.
Esok harinya, saya ingat hari Kamis. Saya dan suami berangkat ke RSHS untuk melakukan pemeriksaan mamografi. Dokter radiologi mengatakan benar ada masa di payudara kiri, sebaiknya dilakukan USG pada mamae. Saya langsung mengikuti sarannya. Hasil USG menunjukkan gambaran ke arah keganasan.
Saya mulai khawatir, “Sebaiknya konsul ke dokter bedah sekarang juga...!”
Saya dan suami segera menuju bagian Bedah, disana saya menanyakan siapa saja dokter bedah onkologi. Saat itu tidak ada seorang pun dokter bedah onkologi di sekretariat. Semua sedang melaksanakan tugas di ruang bedah dan di tempat lain. Tiba-tiba ada teman semasa kuliah melewati saya, dia kebetulan teman SMP suami. “Sedang mencari siapa?” Saya mengatakan ingin konsul kepada dokter ahli bedah onkologi.
“Mari saya antar ke kepala bagian nya....” begitu katanya, dan saya diantar ke ruang bedah menemui dokter yang dimaksud. Sebut saja Dr. D.
Dia sedang bersiap untuk melaksanakan operasi, sambil menunggu operasi beliau mau meluangkan waktu memeriksa payudara saya dan membaca hasil mamografi dan USG.
“Betul ada tumor di payudara kiri, tapi kita belum tahu pasti apakah jinak atau ganas....”
Kita lakukan operasi saja sambil diperiksakan patologi anatominya.
Saya langsung menyetujui usul dokter D. Menurut sya lebih cepat lebih baik...
Hari selasa saya menjalani operasi. Tanpa diduga saat siuman, hasil PA meragukan, sehingga harus menunggu selama lebih kurang 5 hari.
Masa penantian yang sangat panjang dan dipenuhi kekhawatiran karena dalam keluarga saya ada beberapa keluarga dari pihak ibu yang mengidap kanker.
Saat kontrol jahitan sekaligus mengetahui hasil PA tiba. Luka jahitan bagus, tapi hasil belum keluar.
Saya menelepon Dr ahli PA menanyakan hasilnya, dia mengatakan :”Hasilnya kanker....!”
Saya segera masuk ke tempat praktek dr. D dan memberi kabar tersebut.
Dr. D menjelaskan prosedur dan tindakan yang akan diambil, Saat itu langsung dijadwalkan untuk opersi kembali mengambil jaringan di sekitar tumor atau BCT dilanjutkan dengan radiasi.
Saya katakan :”saya sih bagaimana dokter , anda jendralnya...saya menurut saja....”
Pulang kerumah, sepanjang perjalanan air mata ini terus mengalir, teringat penyakit yang saya derita ini bukan main-main. Ini sangat serius......!!!
Saya teringat kedua anak saya, anggit dan anggia. Bagaimana kalau saya tidak dapat mendampingi mereka .....Saya terus menangis. Suami saya hanya bisa memeluk dan berkata: “ mari kita berupaya untuk berobat...saya akan menemani kamu.....”
Tibalah hari operasi, saya diantar dan ditunggu oleh suami dan kakak-kakak saya.
Saat siuman saya merasakan nyeri yang hebat di payudara kiri dan ketiak kiri, rasanya tidak dapat bergerak..........., berbagai selang terpasang di tubuh saya.
Operasi berjalan lancar, demikian juga pemulihan luka operasi. Setelah satu minggu di RS saya boleh pulang.....Bahagianya dapat berkumpul dengan keluarga...
Besoknya saya harus ke bagian radiologi untuk mempersiapkan tindakan radiasi.
Dr. S ahli radiologi onkologi sangat membantu.
Saya menjalani serangkaian tindakan simulasi penembakan sinar.
Saya masuk ke ruangan, kemudian dokter melihat dari monitor. Dada saya ditempeli tanda-tanda denga plester dan diberi gambar dengan spidol hitam.
Wah...kesannya seperti korban di Bosnia.....Seram sekali.....:-(
Hari Senin nya saya mulai menjalani radiasi.
Masuklah saya ke babak radiasi, jadwal radiasi setiap hari.
Setiap jumat kontrol ke poliklinik. Jumlah radiasi 25 kali.
Setiap pagi saya pergi ke RS diantar suami sambil mengantar anak sekolah.
Saya masuk ke ruangan yang besar dan dingin sendiri.
Saya berbaring di meja yang pas seukuran badan, kemudian setelah semua siap saya ditinggalkan sendiri. Hanya ada lampu merah kecil menyala, pintu besi ditutup rapat.
Saat penyinaran saya membaca doa dan mencoba relaksasi.
Penyinaran dilakukan 3 kali pergantian posisi.
Waktu keluar ruangan saya belum merasakan apa-apa. Dalam hati :”wah kalau begini sih...enak, tidak ada yang terasa...”
Ternyata setelah penyinaran ke 10 baru terasa, badan lemes, mudah lelah dan nafsu makan berkurang.
Baru saja kami akan mengehela nafas panjang, kami dapat kabar bahwa sebagian kelenjar aksila saya telah terinfiltrasi sel kanker. Artinya saya harus menjalani kemoterapi.....
Saya tidak dapat mundur lagi, “I have to survive....!!!”
Saya harus bertahan dan saya akan bertahan.....
Sungguh suatu perjuangan menggapai kehidupan...
Chemo ke satu saya lalui, kepala rasanya pening seperti naik kora-kora yang tiada henti, kemudain naik gajah beledug kemudian naik kincir dan naik kendaraan di jalan yang berkelok-kelok....
Alhamdulillah tidak sampai muntah-muntah...... hanya mual hebat.
Dirumah, badan rasanya lemas......Saya menjalani kemoterapi hari Sabtu, minggu istirahat.
Senin sudah mulai dengan radiasi......
Pada hari ke 5 mulai sakit menelan, saya pikir itu hal biasa.....
Ternyata bertambah hebat, sampai menelan air liur pun sakit sekali ,seperti menelan silet......
Hari ke7 tetap seperti itu bahkan bertambah berat, sudah 2 hari saya tidak masuk makanan, minuman hanya 1 gelas 1 hari....Akhirnya badan bertambah lemas.......Saat itu bulan puasa, akhirnya setelah berkonsultasi dengan dokter saya masuk RS.
Hari ke 2 di RS saya sudah mulai dapat bercanda, ribut bicara...dan bertanya macam-macam....Dokter D hanya berkata :”Ini baru ayi..., yang kemarin bukan ayi.....” Leukosit saya turun sampai 1020. diputuskan tidak boleh ada yang menengok dan saya diberi suntikan untuk meningkatkan leukosit.
Setelah kondisi umum baik, saya dibolehkan pulang.
Hari itu kalau tidak salah hari jumat.
Saya punya waktu 2 hari untuk persiapan kembali radiasi.
Sungguh sangat berat........................
Tapi saya selalu bernyanyi :”Aku....tegar.....” bukan “hidupku yang sengsa
0 comments:
Post a Comment